Penyerangan Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan (Sumsel) oleh puluhan anggota Batalyon Artileri Medan 15, menambah panjang catatan hitam aparat. Bukannya mengayomi dan mengamankan negara, dua alat negara ini ini malah saling serang. Empat polisi terkapar ditusuk sangkur.
Menurut data Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), sejak 2005 hingga 2012 telah terjadi 26 kali bentrok TNI-Polri yang menewaskan 11 orang, tujuh dari Polri dan empat dari TNI. 47 Aparat dari dua institusi itu juga luka-luka.
Seringkali penyebabnya karena masalah balas dendam atau arogansi antarsatuan. Kadang hanya masalah sepele seperti saling ejek atau senggolan di jalan raya.
Kapolri dan Panglima TNI selalu mengatakan tak ada masalah antara dua institusi ini. Tapi di akar rumput, di kalangan serdadu muda yang emosional, masalah sepele bisa memicu bentrok.
Berikut cerita lima bentrok dahsyat antara TNI-Polri.
1. Bentrok TNI-Polri di tengah kerusuhan Sampit
Wilayah Sampit, Kalimantan Tengah sedang mencekam akibat kerusuhan SARA. 300 orang lebih tewas sementara ribuan lain terpaksa mengungsi. Di saat suasana muram ini, anggota TNI malah adu tembak dengan Brimob. Dua tewas sementara belasan luka-luka.
Peristiwa ini terjadi 27 Februari 2001 lalu. Saat itu pasukan TNI ditugaskan mengawal pelabuhan Sampit. Sekitar 10 ribu pengungsi diungsikan dari Pelabuhan Sampit ke Surabaya.
Pada siang hari, datang truk berisi pengungsi yang dikawal anggota Brimob. Mereka minta agar pengungsi yang mereka bawa segera dinaikkan ke dalam kapal yang akan berlayar. TNI menolak, suasana sempat ricuh. Untuk menenangkan massa Brimob mengeluarkan tembakan peringatan.
Tapi kemudian yang terjadi malah adu tembak. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak dan para pengungsi yang tidak berdosa.
2. Brimob tembaki Kostrad gara-gara botol
Anggota Kostrad dan Brimob di Gorontalo bentrok, Minggu 22 April 2012 lalu. Bentrok itu dipicu aksi pelemparan sejumlah orang tak dikenal saat Brimob melakukan patroli. Dua orang Brimob luka-luka.
Kemudian Brimob balas melakukan sweeping dengan menyetop sejumlah kendaraan. Mereka juga melepaskan tembakan pada kendaraan yang tidak mau berhenti. Empat anggota Kostrad terluka akibat luka tembak. Dua anggota Kostrad lainnya luka karena ditusuk sangkur.
Prada Firman menghembuskan napas terakhirnya pukul 05.00 WITA. Sementara itu, lima korban luka yang lain dari Kostrad sudah dalam keadaan membaik.
Sementara itu Polri telah menetapkan sembilan anggota Brimob menjadi tersangka. Mereka telah ditahan di Polda Gorontalo.
3. Bentrok Yonif Linud 100 Vs Brimob di Binjai
Bentrok di Binjai, Sumatera Utara, antara Brimob dan Yonif Lintas Udara 100 benar-benar seperti perang. Puluhan personel TNI menggempur markas Brimob di Tanah Tinggi. Mereka juga menggranat markas tersebut hingga nyaris rata dengan tanah.?
Tembak menembak terjadi semalaman. 10 Orang tewas dalam bentrokan ini. Tiga di antaranya warga sipil.?
Penyebabnya sepele, polisi menangkap seorang pemuda yang membawa narkoba. Anggota TNI meminta pemuda itu dibebaskan, tentu saja polisi menolak. TNI yang marah menyerang perwira polisi dan dibalas tembakan anggota Polres Binjai. Tak terima, puluhan rekan anggota TNI itu menyerang polisi.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Ryamizard Ryacudu mengambil tindakan tegas. 20 Anggota Yonif Linud 100 dipecat tidak hormat. Komandan batalyon juga dicopot dan markas batalyon dikosongkan selama setahun.
4. Adu mulut berujung saling tembak di perbatasan
Bukannya mengamankan perbatasan RI-Timor Leste, personel TNI dan Polri malah bentrok di Atambua, NTT pada 10 Desember 2006. Penyebabnya sepele, sekelompok anggota Yonif 744 melintas mapolres Belu. Tak jelas penyebabnya, para prajurit yang masih berusia muda ini perang mulut dengan anggota polisi.
Terdengar suara tembakan. Para prajurit Yonif 744 ini pun memanggil bala bantuan. Baku tembak terjadi. Suasana Atambua mencekam.
?Dalam insiden ini Markas Polres Belu, Rumah Dinas Kepala Polres dan Wakil Kepala Polres Belu dihancurkan. Begitu pula Kantor Telkom Atambua juga menjadi sasaran amuk TNI.
5. Bentrok karena kamar kos di Masohi
Bentrok TNI-Polri karena persoalan kamar kos terjadi di Masohi, Maluku pada Februari 2008. Dalam bentrok itu dua anggota Polri dan satu anggota TNI tewas.
300 Anggota TNI Yonif 731 membongkar gudang senjatanya. Mereka kemudian membawa peralatan perang seperti senjata api, RPG pelontar granat, granat dan mortir, untuk menyerang Polres Masohi.
Penyebabnya sepele. Bripka Rumata yang habis piket hingga pagi hari, pulang ke kamar kosnya dan mendapati kamarnya dalam keadaan terkunci. Dia lantas menggedor kamarnya yang terkunci dari dalam. Rupanya, di dalam ada Prada Eko yang tidur bersama kekasihnya.
"Rupanya, kunci didapat pacar Prada Eko dari kakak kekasihnya yang kekasih Bripka Rumata. Karena kelelahan, dan kesal Rumata memarahi Eko sehingga terjadi pertengkaran. Eko babak belur dan kemudian dibawa keluarga kekasih Prada Eko ke rumah sakit," kata Kapolda Maluku Brigjen Mohamad Guntur saat itu.
Entah bagaimana, Eko tidak kembali ke baraknya. Rekan-rekannya yang menanyakan kejadian yang menimpa Eko, mendapat isu bahwa Eko diculik oleh Rumata. Rekan-rekannya Eko menyerang Polres Masohi, tempat Bripka Rumata bekerja.
http://www.merdeka.com/peristiwa/5-bentrok-dahsyat-tni-versus-polri/bentrok-karena-kamar-kos-di-masohi.html
|
NAMA ANDA
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar